Sukoharjo, 19/11/21 – Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta baru saja melaksanakan visitasi Audit Mutu Internal tahun 2021 pada hari Jum’at, 19 November 2021 secara luring dari ruang rapat lantai I Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Acara diawali dengan sambutan dan pembukaan secara resmi di Aula Fakultas bersama Wakil Dekan I, Kabag, para auditor juga Kaprodi-Sekprodi AFI dan KPI yang melakukan visitasi AMI secara bersamaan. Dalam sambutannya, Kaprodi AFI Dra. Hj. Siti Nurlaili M, M.Hum. menyampaikan bahwa dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat menjadi masukan dan evaluasi bagi Program Studi oleh para Auditor, sehingga Prodi kemudian dapat memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi.
Setelah acara pembukaan, kegiatan berlanjut ke ruang rapat lantai 1 Fakultas yang dihadiri oleh Kaprodi AFI, Sekprodi AFI, ketua Auditor Indah Piliyanti, S.Ag., M.Si. dan auditor kedua yaitu Fuad Muhammad Zein, M.Ud.
Kegiatan berlangsung lancar dan ditutup dengan Closing Statement oleh auditor kemudian diakhiri dengan sambutan Kaprodi AFI. []
Sukoharjo, 15/11/21 – Himpunan Mahasiswa Program Studi
Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta
bekerjasama dengan Rumah Budaya Kratonan (RBK) Surakarta selenggarakan kegiatan
sarasehan berjudul “Sistem Penanggalan Jawa” pada hari Senin, 15 November 2021.
Acara yang dilaksanakan secara luring di Aula Fakultas dengan puluhan peserta
dari mahasiswa AFI tersebut juga dapat disaksikan oleh masyarakat luas karena
disiarkan langsung melalui Kanal Youtube Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Kegiatan diawali dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Dr. Islah, M.Ag, dalam sambutannya beliau memberi pesan kepada peserta sarasehan bahwa peradaban yang maju adalah peradaban yang tidak melupakan sejarahnya. Acara inti kemudian dilanjutkan sarasehan dengan narasumber Drs. KRT. Supardjo Hadinagoro, M.Hum. (PUI Javanologi Universitas Sebelas Maret Surakarta). Beberapa materi yang disampaikan meliputi riwayat kalender Jawa serta perbedaan kalender Jawa dan kalender Hijriyah.
Diantara perbedaan yang disampaikan oleh narasumber tersebut adalah pada kalender Jawa mempunyai 3 tahun panjang/kabisat dalam 1 windu (8 tahun), sedang dalam kalender Hijriyah dalam 30 tahun mempunyai 11 tahun Kabisat. Kelipatan pembagian terkecil dari windu 8 tahun dan 30 tahun adalah 120 tahun. Pada tahun Jawa dalam 120 tahun ada 120/8 x 3 = 45 tahun Kabisat, sementara dalam tahun Hijriyah ada 120/30 x 11 = 44 tahun Kabisat. []
Senin (27/09/2021) pukul 09.23 WIB, kami mahasiswi Universitas Islam
Negeri Raden Mas Said Surakarta datang ke SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo bertemu
dengan Kepala Sekolah dan Guru Pamong PAI untuk memberikan surat rekomendasi
Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) dari pihak kampus ke pihak sekolah. Peserta
PPL berjumlah tiga orang dan pada hari
Rabu (29/09/2021) penyerahan Mahasiswi PPL yang ditempatkan di SMP Muhammadiyah
1 Sukoharjo di dampingi oleh Kaprodi AFI beliau Ibu Dra. Hj. Siti Nurlaili M,
M.Hum. dan Ibu Sekprodi AFI Alfina Hidayah, BA(Hons)., M.Phil. Acara penyerahan
mahasiswi PPL berlangsung di ruang kepala sekolah bersama dengan Bapak Drs. Tri
Sarjoko selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo. Namun pada kegiatan
penyerahan ini DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) yakni namun DPL (Dosen
Pembimbing Lapangan) Bapak Drs. Yusup Rohmadi.M. Hum berhalangan hadir karena
memiliki kegiatan di Yogyakarta.
Mahasiswi akan melaksanakan PPL selama dua minggu, terhitung mulai
tanggal 29 September 2021 – 13 Oktober 2021. Disini kami dibimbing oleh Bapak
Triyanto, S.Ag. dan Bapak Khulafa ‘Urrosyidin, S.Pd. sebagai guru pamong. SMP
Muhammadiyah 1 Sukoharjo beralamatkan di Pokakan, Jetis, Sukoharjo. Sekolah ini
menjadi salah satu yang sudah memberlakukan kegiatan Pembelajaran Tatap Muka di
ruang lingkup kabupaten Sukoharjo dengan mengikuti ketetapan yang diberlakukan
oleh pemerintah. Kegiatan PTM (Pembelajaran Tatap Muka) sudah dilakukan sekitar kurang
lebih satu bulan dengan kapasitas anak 50%.
Kegiatan PTM dilakukan tanpa paksaan, sehingga bagi siswa yang tidak di kehendaki
orang tuanya untuk melakukan PTM tetap melakukan kegiatan pembelajaran jarak
jauh di rumah, bagi yang mengikuti PTM tetapi tidak masuk diharapkan mengganti
pada hari yang lain. Pembelajaran dibagi manjadi kelas regular dan tahfiz. Pembagian kelas reguler di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo ketika PTM ini dibagi menjadi 11 kelas yakni, kelas VII A B dan C, kelas VIII
A B dan C, serta kelas IX A, B1 dan B2, C1 dan C2.
Pembelajaran di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo ini berlangsung selama
dua jam untuk empat mata pelajaran sekaligus dengan durasi masing-masing 30
menit. Untuk kelas Reguler, pembelajaran berlangsung mulai pukul 07.00-09.00
WIB. Sedangkan untuk kelas Boarding School atau siswa pondok mulai pukul
09.00-11.00 WIB. Hari setelah penyerahan kami menemui guru pamong untuk
membahas mengenai teknisi pelaksanaan PPL. Pembelajaran yang akan kami lakukan dijadwalkan pada hari senin, kamis, jum’at dan sabtu. Untuk pembagian kelas mengajar menyesuaikan dengan guru pamong
masing-masing. Untuk kelas Pak Triyanto yaitu mengajar kelas VII dan kelas
VIII, sedangkan untuk kelas pak Rosyid mengajar kelas VII C dan kelas IX. Materi kelas VII disampaikan oleh Hemimiya
Rojafia Khoirunisa, kelas VIII oleh Epik Siti Estikomah dan kelas IX oleh Dyah
Ayu Lestari. Hal tersebut dilakukan secara fleksibel bergantian agar memiliki
pengalaman di masing-masing tingkatan kelas. Selain itu
juga ditambah dengan kegiatan lain untuk menambah pengalaman. Dihari yang sama kami membantu penyiapan perlengkapan kebersihan yang biasanya diambil
oleh siswa ketika mulai masuk sekolah.
Kegiatan belajar mengajar sempat tertunda satu hari dikarenakan
siswa-siswi SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo baik siswa reguler maupun tahfiz
mendapatkan jadwal vaksin secara mendadak pada hari Jum’at (01/10/2021)
kemarin. Hari berikutnya,
dilakukan pembelajaran pada kelas IX C1 dan C2 dengan bimbingan guru pamong
terlebih dahulu. Hari senin tanggal 4 Oktober 2021, pembelajaran dilakukan di kelas VII,
VIII dan IX yang masing-masing 2 pertemuan dengan durasi 1 jam. Selain itu,
diisi dengan membantu untuk mengisi buku induk siswa yang berisikan biodata seluruh siswa kelas IX dan nilai siswa yang
dilakukan terus pada hari selanjutnya ketika tidak ada jadwal mengajar. Pada
hari rabu dan kamis tanggal 6-7 oktober dilakukan assessment bagi kelas VIII
disekolah sehingga siswa kelas lain diliburkan terlebih dahulu. Pada hari
assessment tersebut kami membantu untuk mengisi survei yang
harus dilakukan oleh guru dalam ruang lingkup sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan memberikan pengalaman mengenai
bagaimana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan lain-lain yang dilakukan
oleh guru setempat.
Foto bersama dengan Kepala Balitbang Semarang, dekan UIN Raden Mas Said Surakarta di gedung Balitbang Semarang
Jum’at 17 September 2021, mahasiswa AFI (Aqidah dan Filsafat Islam)
UIN Raden Mas Said bersama dengan Dr. Islah , M.Ag (Dekan
FUD), Dra. Hj , Siti Nurlaili M, M.Hum (Kaprodi
AFI), dan Alfina Hidayah, M.PHIL (Sekprodi AFI) melakukan penyerahan mahasiswa
AFI di Kantor Balai Penelitian dan Pengembangan Agama (Balitbang) Kota
Semarang, dengan di sambut oleh Dr. Samidi, S.Ag. M.S.I. sebagai Kepala
Balitbang Agama Semarang.
Penyerahan mahasiswa dan mahasiswi AFI dilaksanakan sekitar pukul
14.00 – 16.00 WIB yang di ikuti oleh dua mahasiswa dan dua mahasiswi AFI, yaitu
Farkhan Fuady, Nur Alfianti, Cahyo Adhi Nugroho, dan Hensa Ilham Intan Lutfi
Pimalita dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Alfina Hidayah, M.PHIL.
Penyerahan mahasiswa AFI kepada Balitbang Agama Semarang untuk
melakukan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) tersebut diserahkan secara simbolik,
dengan memberikan kenang-kenangan dari Prodi Aqidah dan Filsafat Islam oleh
Dekan Fakultas Ushuludin dan Dakwah, yaitu Dr. Islah, M. Ag dan diterima
langsung oleh kepala Balitbang Agama Semarang Dr. Samidi, S.Ag. M.S.I.
Setelah penyerahan mahasiswa AFI kepada Balitbang Semarang secara
simbolik, dilanjutkan dengan penyampaiaan teknis dalam PPL, yaitu PPL
dilaksanakan selama tiga minggu, terhitung mulai tanggal 17 September sampai
tanggal 08 Oktober 2021, output
hasil dari PPL diarahkan untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang
terbit di jurnal.
Dalam PPL di Balitbang Agama ini, diharapkan mahasiswa mampu
menggali ilmu dan belajar menulis artikel jurnal. Dalam kesempatan ini mahasiswa diarahkan
untuk belajar menulis jurnal tentang filsafat nusantara. Selanjutnya mahasiswa
melakukan penelitian dan penulisa karya ilmiah dibawah bimbingan Drs. H Roch
Aris Hidayat, M.Pd. dan Mustolehudin, S.Ag., S.IPI., M.S.I
23/09/2021 – Ahmad Miftahudin Thohari salah satu mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta berhasil meraih juara 2 dalam National Opinion Writing Competition.
National Opinion Writing Competition merupakan salah satu event kompetisi yang diselenggarakan dalam acara KPI’S Day #6 oleh Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Raden Mas Said. Di antara cabang lomba lain adalah National Photography Competition, Voice Over Challenge serta Mobile Legend Bang Bang Tournament.
Dengan bekerja sama dengan media platform Islam Santun, National Opinion Writing Competition menjadi cabang kompetisi bernuansa literasi yang mengusung tema “Implementasi Moderasi Beragama dalam Bingkai Kesetaraan Gender”. Ahmad, dengan tulisan opininya yang berjudul “Moderasi Beragama, Kesetaraan Gender dan Kemanusiaan” berhasil menembus juara 2. Sedangkan Juara 1 diraih oleh mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dengan judul tulisan “Perempuan dalam Moderasi Beragama”. Adapun juara 3 diraih oleh mahasiswa UIN Raden Mas Said dengan judul tulisan “Pentingnya Moderasi Beragama dalam Perspektif Gender”.
Apa yang dicapai oleh Ahmad ini merupakan atmosfer baru khususnya bagi semangat literasi mahasiswa AFI di UIN yang terletak di Dusun Pucangan, terutama dalam bidang kepenulisan. Untuk turut ikut menghidupkan kembali nuansa literasi di kalangan mahasiswa AFI. Ketiga tulisan opini pemenang tersebut nantinya juga akan dimuat di laman web islamsantun.org. []
Surakarta, 10/11/21 – Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta turut bahagia dan berbangga atas prestasi yang diraih oleh salah satu mahasiswa baru angkatan 2021-2022 atas nama Jihad Ulhaq Al Hakim. Pada hari Rabu, 10 November 2021, ia terpilih mendapatkan penghargaan dalam acara Student Achievements Awards 2021 yang diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin dan Dakwah.
Prestasi yang diperoleh oleh Jihad Ulhaq Al Hakim adalah Juara 1 Lomba Videografi dalam Rangka Hut Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 tahun 2020 – tingkat Kabupaten yang diselenggarakan oleh BEM STF Muhammadiyyah Tangerang. Berikutnya ia juga memperoleh Juara 3 Film Pendek Santri pada lomba Virtual Hari Santri Nasional tingkat Provinsi Jawa Barat. []
Sukoharjo, 10/11/2021 – Pada tanggal 9 November 2021, Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) telah mengeluarkan surat
pemberitahuan hasil seleksi dan pelatihan calon asesor tahun 2021. Berdasarkan hasil
seleksi tersebut, beberapa nama dosen telah direkomendasikan menjadi calon
asesor BAN-PT bidang keagamaan Islam. Dr. R. Lukman Fauroni, S.Ag., M.Ag.
merupakan dosen Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan
Dakwah UIN Raden Mas Said Surakarta yang berhasil meraih pencapaian tersebut.
Adapun rekan lain dari UIN Raden Mas Said Surakarta yang termasuk
dalam daftar tersebut adalah Dr. Islah, M.Ag., Zaenal Muttaqin, S.Ag., M.A., Ph.D.,
Dr. Fauzi Muharom, M.Ag., Dr. Hj. Hafidah, S.Ag., M.Ag., Dr. Muhammad Munadi,
S.Pd., M.Ag. serta Muhammad Latif Fauzi, S.H.I., M.S.i, M.A., Ph.D. “Bahagia
dan bangga kiranya bukan hanya dirasakan oleh Prodi AFI dengan pencapaian Dr.
Lukman Fauroni, S.Ag., M.Ag., namun juga bagi Fakultas Ushuluddin dan Dakwah
dengan pencapaian Dr. Islah, M.Ag. (Dekan FUD) dan Zaenal Muttaqin, S.Ag.,
M.A., Ph.D. (Wakil Dekan II FUD), selamat dan sukses semoga dengan bertambahnya
asesor bertambah pula keberkahan bagi Prodi AFI dan juga lembaga secara luas.” Pesan
dan harapan Kaprodi AFI Dra. Hj. Siti Nurlaili Muhadiyatiningsih, M.Hum. []
Sumber gambar: http://assunniyyah.com/kajian/jihad-damai-islam-berdamai-sesama-manusia-merangkul-sesama-muslim/
Aqidah yaitu sistem kepercayaan yang
mana di dalamnya memuat hal-hal yang mendasar mengenai keyakinan tentang agama.
Sedangkan akhlak adalah suatu perilaku yang dapat menggambarkan apa saja yang
menjadi arah dan tujuan yang hendak dicapai dalam beragama. Dalam agama Islam
keimaman seseorang bisa terlihat dari akhlaknya. Iman sendiri memiliki definisi
mempercayai atau menyakini sepenuh hati, mengucapkan secara lisan, membuktikan
dengan suatu perbuatan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap manusia pasti memiliki hal
yang dijadikan pedoman dalam menjalankan kehidupan keseharian mereka inilah
yang disebut dengan aqidah. Aqidah Islam yaitu suatu ajaran yang hanya
ditetapkan oleh Allah SWT dan juga Rasulullah Saw. Sehingga sumber dari aqidah Islam
ini adalah al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena sesuatu yang ada pada Allah SWT
hanya diketahui oleh Allah SWT sendiri, tanpa kecuali Rasulullah Saw.
Sedangkan, akhlak adalah suatu hal
yang dijadikan tolak ukur atau nilai kepribadian seseorang dalam menjalankan
kehidupannya. Dengan demikian baik atau buruknya suatu bangsa bisa dilihat dari
setiap akhlak yang dimilki masyakatnya. Salah satu suri tauladan yang baik
mengenai akhlak yang baik adalah Rasulullah Saw. Seperti firman Allah yang
dijelaskan dalam al-Qur’an surah Al-Ahzhab ayat 21 yang artinya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri taukadan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.
Ayat diatas menjelaskan banyak
sebaik-baiknya suri tauladan bagi umat muslim yaitu, Rasulullah Saw. Karena
Rasulullah Saw diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki umat manusia jadi
sebagai seorang muslim yang taat hendaknya kita menpelajari, menjakan contoh
atau bahkan menjadikan pedoman perilaku yang telah diajarkan oleh Rasulullah
dalam menjalankan kehidupan sehari-hari agar kehidupan kita menjadi tentram,
damai dan sejahtera.
Aqidah dan akhlak adalah dua hal
yang tidak bisa terpisahkan satu dengan yang lainnnya. Dimana gudang akhlak
yang kokoh tercermin dari aqidah yang kokoh dari diri seorang muslim. Aqidah
juga mampu untuk menciptakan kesadaran akan nilai dan norma yang ada dalam
akhlak. Dengan demikian akhlak memperoleh tempat teristimewa dari aqidah.
Aqidah tanpa akhlak itu diibaratkan
seperti pohon yang tidak bisa dijadikan sebagai tempat berteduh dan tidak bisa
pula dipetik buahnya. Bagitu juga sebaliknya akhlak tanpa aqidah diibaratkan
seperti sebuah layang-layang yang putus sehingga bebas terbang tanpa tentu
arah. Oleh sebab itu, Islam memberikan perhatian khusus terhadap akhlak. Karena
kesempurnaan iman seorang muslim
terletak pada akhlaknya. Seperti sabda Rasulullah yang berbunyi, “Orang mukmin yang paling sempurna ialah
mereka yang paling bagus akhlaknya”. (HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk mengetahui
tingkat kelemahan dan kekuatan iman seorang bisa dilihat dari akhlaknya. Karena
akhlak merupakan cerminan dari diri seseorang. Jika seseorang memiliki akhlak
yang baik maka akan memilki iman yang kuat. Namun, jika ia memiliki akhlak yang
kurang baik maka ia juga akan memiliki iman yang lemah.
Aqidah dan akhlak adalah sebuah hubungan (korelasi) yang sangat erat sehingga tidak bisa dipisahkan dari jiwa dan raga seseorang karena ia melekat pada diri seseorang. Karena aqidah merupakan landasan dari segala perbuatan. Sedangkan akhlak adalah perbuatan yang baik antara hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan juga manusia dengan lingkungan sekitar. Dengan demikian, kedua hal ini dilaksanakan dengan selaras dan perlu ditanamkan pada diri seseorang maka akan menciptakan suatu akhlak yang baik yang dapat membuat kehidupan seorang muslim menjadi damai, tentram dan sejahtera. []
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/405112928984090906/
Ketika kita mendengar atau menemui
kata fundamentalis atau fundamentalisme, kita akan teringat pada kekolotan dan
kekerasan padahal kata fundamental sendiri memiliki arti yang bersifat dasar
atau pokok (mendasar). Kemungkinan peyorasi ini muncul akibat kekerasan serta
ekstremisme yang terjadi atas nama agama yang salah kaprah ditafsirkan.
Tindakan kekerasan yang
mengatasnamakan agama ini sering terjadi. Agama yang seharusnya Rahmatan Lil A’lamiin menjadi ternodai.
Agama yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu “A” yang berarti
tidak dan “Gama” yang berarti kacau atau bisa dikatakan tidak kacau,
atau dalam bahasa Arab Ad – Din artinya
jalan dan Islam artinya selamat. Dapat kita tarik makna, bahwa agama Islam
adalah jalan yang menuju pada keselamatan.
Agama Islam memiliki sumber pokok
yaitu Al-Qur’an dan Hadits, yang kebenarannya tidak dibatasi ruang dan waktu. Guna
membawa keselamatan dan juga punya tujuan nilai untuk memanusiakan manusia.
Jadi, peyorarasi fundamental yang tertuju pada kekerasan dan ekstremisme itu
patut kita renungkan kembali.
Mengenal
Lebih Dekat Ibn Taimiyah
Taqiyuddin Ahmad bin Abdil Halim bin
Taimiyah atau yang kita akrabi dengan nama Ibn Taimiyah lahir di Harran pada 10
Rabiul Awal tahun 661. Ketika umurnya enam tahun ia pindah ke Damaskus akibat
serangan tentara Tartar ke Baghdad. Di Damaskus yang penuh dengan ulama
kenamaan dan pusat ilmu pengetahuan ia sangat maju dengan pesat dan di usia
muda ia sudah hafal Al-Qur’an.
Ibn Taimiyah mempunyai pengetahuan
yang cukup luas mengenai Ilmu Rijalil
Hadits (Para perawi hadits), Jaur Wa
ta’dil dan tabaqatnya. Ketika
ayahnya wafat, dalam kesedihan ia menekuni belajarnya guna meneruskan cita-cita
ayahnya untuk tetap menjunjung tinggi agama Islam. Kesedihannya itu menjadi
cambuk baginya untuk tekun mengajar dan menulis serta memberi fatwa-fatwa.
Ia sering mengkritik para ulama korup
yang berselimut pada kekuasaan. Ia sering berdebat dengan para ulama pada
masanya baik secara individu maupun secara debat formal (forum). Sehingga
namanya menjadi terkenal.
Musuh bebuyutan Ibn Taimiyah adalah
bid’ah dan khurafat. Ia tidak segan untuk melawan perbuatan tadi. Pemikiran-pemikirannya
yang kritis yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits menggegerkan ulama-ulama
sejamannya. Ia dengan tegas menegakan Al-Qur’an dan Hadits.
Karena ketegasan dan kekritisannya,
ia dibenci oleh orang-orang yang memiliki perbedaan dengan pemikirannya. Oleh
karena itu, ia sering keluar masuk penjara. Namun, kegigihannya dalam menegakan
Al-Qur’an dan Hadits tidak luntur walaupun kekritisannya sering menjebloskan
dirinya ke penjara.
Menurut Ibn Qayyim sebagaimana yang
dinukil oleh Ahmadie Thaha dalam bukunya bahwa Ibn Taimiyah pernah berkata:
“Seseungguhnya di dunia ada surga yang barang siapa belum pernah
memasukinya dia tidak akan masuk surga akhirat. Apa yang diperbuat
musuh-musuhku terhadap diriku? Aku surgaku dan kebunku ada di dadaku. Dimana
aku berada disana aku mendapatkannya, sebab ia tidak pernah berpisah denganku.
Aku tahananku adalah khalwat, membunuhku matiku adalah syahid, dan pemencilanku
dari Negeriku adalah wisata” (Ibnu
Taimiyah Hidup dan Pikiran-Pikirannya, 1982). Begitulah Ibn Taimiyah dengan
segala kekuatannya untuk menegakan keyakinannya.
Semuanya itu dilakukan hanya untuk
menegakan agama yang sudah ternodai oleh bid’ah dan khurafat. Pendasaran
dirinya pada Al-Qur’an dan hadits sebagai pegangan untuk melawan
musuh-musuhnya.
Di dalam penjara, kekritisannya tidak
mandek. Ia tetap membaca dan menulis. Bahkan karya sanggahan-sanggahan terhadap
lawannya itu terlahir dari jeruji besi. Dalam hal ini kreatifitas dan
kekritisannya tidak diragukan. Salah satunya yaitu karyanya yang berjudul Ruddun ‘Alabnil Akhnai Al Maliki yang
berisi bantahannya terhadap Akhnai.
Oleh karena kekritisannya itu, hingga
akhirnya hukumannya dalam penjara diperketat dengan merampas buku bacaan,
kertas, tinta dan lainnya, bahkan dalam Wafayatul
Wafayat sebagaimana yang dikutip Ahmadie Thaha keteguhannya dalam berkarya
masih tetap ada. Ia menggunakan arang untuk menulis (Ibnu Taimiyah Hidup dan
Pikiran-Pikirannya, 1982) oleh karena perketatan itu hingga akhirnya ia
benar-benar terkekang.
Pada tanggal 20 Dzulqaidah Tahun 728
Ibn Taimiyah meninggal dunia dalam penjara. Kekritisan dan kreatifitasnya tidak
pernah mati. Ia meninggalkan banyak karya yang akan mempengaruhi beberapa
pemikir setelahnya.
Pemikiran
Fundamental Ibn Taimiyah
Ibnu Taimiyah mengembalikan segalanya
pada Al-Qur’an dan Hadits, karena menurutnya hanya Al-Qur’an dan Hadits yang
mutlak menjadi sumber dari segala sumber. Walaupun ia mengembalikan masalah
kepada Al-Qur’an dan Hadits, ia tidak mengabaikan akal sebagai anugerah yang
diberikan oleh Allah kepada manusia. Namun, menurutnya akal memiliki batas.
Maka setiap dari manusia harus tahu batas-batas dari akal itu.
Baginya akal tidak boleh berdiri
sendiri dan harus berdiri di belakang nas-nas agama, dengan ini ia menganggap
bahwa akal tidak bisa menakwilkan Al-Qur’an tetapi baginya pintu ijtihad itu
tetap ada karena manusia diberikan fitrah yang harus bertafakur dan tadabur.
Ibnu Taimiyah tidak pernah mengikuti
pendapat-pendapat secara buta. Baginya mengikuti pendapat dengan tidak ada
dasar sehingga sampai pada fanatisme buta itu tidak menjalankan fitrah manusia
dengan baik.
Dengan dasar Al-Qur’an dan Hadits ia
mengkritik para Mutakallimin dan filsuf terutama pada kaum Mu’tazilah yang
terlalu mengagungkan akal. Menurutnya hal ini akan menimbulkan kekerasan.
Dalam masalah Aqidah Ibnu Taimaiyah
berada di tengah-tengah antara Tha’thi (Peniadaan sifat Allah) dan Tasybih (Penyerupaan dengan
makhluk-Nya). Berada di tengah-tengah ia menamakan Aqidahnya ini dengan Aqidah Wasathiyyah.
Ibnu Taimiyah bisa disebut sebagai
pemurni dan pembaharu. Bahkan, ajarannya dianut oleh Muhammad Bin Abdil Wahab
sebagai pendiri Wahabi. Tetapi menurut Nurcholish Madjid sebagaimana yang
dikutip oleh Budhy Munawar Rachman, yaitu kritikannya yang tajam terhadap para
Mutakallimin dan filsuf itu menciptakan logika baru dan seperti yang dikatakan
Joseph Schact, bahwa sumbangsih pemikirannya adalah salah satu puncak masa
kecemerlangan madzhab Hambali. (Haul
Nurcholish Madjid: Menelaaah Disertasi Caknur Tentang Ibnu Taimiyah, 2020).
Pemikiran-pemikirannya mempengaruhi
tokoh-tokoh setelahnya seperti Muhammad Bin Abdil Wahab, Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha. Di Indonesia sendiri ada kaum padri, Ahmad Dahlan
dan tokoh-tokoh lainnya.
Pemikirannya yang menuju kepada ranah
keontentikan membuat namanya dikenal sebagai Fundamentalis.
Kritikan-kritikannya terhadap pemikiran dari ulama masanya membuat dia beberapa
kali masuk penjara namun dengan sikap yang tegas ia tetap mempertahankan
keyakinan itu.
Kegigihannya yang sangat kuat untuk memerangi Bid’ah dan Khurafat untuk kembali pada dasar agama, yaitu Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama kebenaran serta menolak taqlid buta yang mengarah pada kejumudan dan fanatisme menandakan dirinya tidak menutup pintu ijtihad. Hingga akhirnya dikenallah sosok pemurni, pembaharu, dan fudamentalis itu bernama Ibnu Taimiyah. []